Liputan 6 – 1 jam 1 menit lalu
Liputan6.com, Sleman: Meski terus berproduksi, para pengrajin tempe di Sleman, Yogyakarta, terpaksa menurunkan omzet produksinya menyusul makin tidak terjangkaunya harga kedelai. Seperti tempat produksi tempe milik Muchlar di Sambisari, Joho, Depok, Sleman. Meski tetap berproduksi, jumlahnya tidak sebanyak biasanya.
Tingginya harga kedelai membuat Muchlar tak ingin berspekulasi dan menanggung kerugian lebih banyak. Untuk itu ia pun mengurangi omzet produksinya hingga 30 persen. Selain menurunkan omzet produksi, ia pun lebih memilih untuk tidak menaikkan harga jual, namun hanya memperkecil ukuran tempe produksinya agar harga tetap terjangkau masyarakat.
Meski pemerintah telah membebaskan bea impor kedelai sehingga harganya bisa turun 5 persen, Muchlar menganggap harga kedelai masih tinggi. Idealnya, harga kedelai adalah Rp 6.000 per kilogram jika ingin produksi tempe tetap berlangsung dan menguntungkan semua pihak.
Sementara itu, melambungnya harga kedelai juga membuat pengrajin tahu di Blitar, Jawa Timur, resah dan terancam gulung tikar. Pasalnya, para pengusaha tahu mengurangi produksi hingga 20 persen hingga mengakibatkan omzet penjualan juga turun 50 persen. Untuk menyiasati agar tidak rugi, pengrajin tahu terpaksa memperkecil irisan tahunya sekitar satu sentimeter.(ADO)